Kamis, 09 Juli 2009

Gangguan Psikologi Pada Masa Perkawinan




GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA PERKAWINAN
A. PERKAWINAN
Perkawinan adalah suatu penyatuan jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis dalam suatu ikatan yang suci dan mulia di bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang Maha Esa.
Ada macam-macam bentuk perkawinan antara lain :
1. Perkawinan Poligami
Suatu perkawinan dimana seorang suami mempunyai lebih dari satu isteri.ada banyak alasan pria menjalankan bentuk perkawinan ini,antara lain anak,jenis kelamin anak,ekonomis,status sosial dan lain-lain.
2. Perkawinan Eugenis
Suatu bentuk perkawinan untuk memperbaiki/memuliakan ras.Saat Perang Dunia II Hitler memerintahkan penculikan terhadap gadis-gadis cantik dan pintar dari negara yang didudukinya.Gadis-gadis ini dipaksa dengan kekerasan untuk digauli oleh lelaki jerman dengan tujuan lahirnya ras Aria yang unggul.

B. PENYESUAIAN DALAM PERKAWINAN
1. Penyesuaian Seksual
2. Penyesuaian dengan pasangan dan keluarga pasangan
Adapun penyesuaian tersebut meliputi beberapa faktor pendukung yang antara lain :
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Seksual
a. Perilaku terhadap Seks
Sikap terhadap seks sangat dipengaruhi oleh cara laki-laki dan perempuan menerima informasi seks selama masa anak-anak dan remaja.Sekali perilaku yang tidak menyenangkan dikembangkan maka akan sulit sekali untuk dihilangkan.
b. Pengalaman Seks Masa Lalu
Cara orang dewasa dan temen sebaya bereaksi terhadap masturbasi,petting dan hubungan suami isteri sebelum menikah,ketika mereka masih muda dan cara laki-laki dan perempuan merasakan itu sangat mempengaruhi perilaku mereka terhadap seks.Apabila pengalaman awal seorang perempuan tentang petting tidak meyenanagkan.hal ini akan mewarnai sikapnya terhadap seks.
c. Dorongan Seksual
Dorongan seksual berkembang lebih awal pada laki-laki daripada perempuan cenderung tetap demikian,sedangkan pada perempuan timbul secara periodik dan turun naik selama siklus menstruasi.Variasi ini mempengaruhi minat dan kenikmatan akan seks yang kemudian akan mempengaruhi penyesuaian seksual.
d. Pengalaman Seks Marital Awal
Kepercayaan bahwa hubungan seksual menimbulkan keadaan ekstasi yang tidak sejajar dengan pengalaman lain.Hal ini menyebabakan banyak orang dewasa muda merasa begitu pahit dan susah sehingga penyesuaian seksual sulit atau tidak mungkin dilakukan.
e. Sikap Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
Konflik dan ketegangan akan lebih sedikit terjadi jika suami atau isteri setuju menggunakan alat pencegah kehamilan,dibandingkan jika antara keduanya mempunyai sikap yang berbeda tentang alat kontrasepsi.
f. Efek Vasektomi
Apabila seseorang menjalani operasi vasektomi maka akan hilang ketakutannya akan kehamilan yang tidak diinginkan.Vasektomi mempunyai efek yang positif bagi perempuan tentang penyesuaian seksual,tetapi membuat laki-laki mempertanyakan kelelakiannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dengan Pihak Keluarga Pasangan.
a. Keinginan untuk mandiri
Orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang tua mereka,walaupun mereka menerima bantuan keuangan, dan khususnya mereka menolak campur tangan dari keluarga pasangannya.
b. Keluargaisme
Penyesuaian dalam perkawinan akan lebih pelik apabila salah satu pasangan tersebut menggunakan waktu lebih banyak untuk keluarga dari pada yang mereka sendiri inginkan.






C. GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA PERKAWINAN
Gangguan psikologi pada masa perkawinan juga berawal dari penyesuaian-penyesuaian yang disebutkan diatas, seperti ;
1. Pola baru dalam tingkah laku seksual
a.Term Marriage
Term marriage atau perkawinan periodik yaitu dengan merencanakan suatu kontrak tahap pertama selama 3-5 tahun sedang tahap kedua ditempuh dalam jangka 10 tahun.perpanjangan kontrak bisa dilakukan untuk mencapai tahap ketiga yang memberikan hak kepada kedua partner untuk saling memiliki secara permanen.
b.Trial Marriage
Trial marriage atau kawin percobaan dengan ide melandaskan argumentasinya pada pertimbangan sebagai berikut :jangan hendaknaya dua orang saling melibatkan diri dalam satu relasi sangat intim dan kompleks dalam bentuk ikatan perkawinan itu tidak mencobanya terlebih dahulu,selama satu periode tertentu umpamanya saja selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Jika dalam periode yang ditentukan kedua belah pihak saling bersesuian,barulah dilaksanakan ikatan perkawinan yang permanen.
c.Companionate Marriage
Companionate marriage ,pola perkawinan ini menganjurkan dilaksanakan perkawinan tanpa anak,dengan melegalisir keluarga berencana atau pengendalian kelahiran juga melegalisir perceraian atas dasar persetujuan bersama.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap pasangan
a. Konsep pasangan yang ideal
Dalam memilih pasangan,baik pria dan wanita sampai sejauh tertentu dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang dibentuk selama masa dewasa.semakin orang terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas semakin sulit penyesuaian dilakukan terhadap pasangan.
b. Pemenuhan Kebutuhan
Apabila penyesuaian yang baik dilakukan ,pasangan harus memmenuhi kebutuhannya yang berasal dari pengalaman awal.Apabila orang dewasa perlu pengenalan,pertimbangan prestasi dan status sosial agar bahagia,pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Kesamaan Latar Belakang
Semakin sama latar belakang suami dan isteri semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri.Bagaimanapun juga apabila latar belakang mereka sama setiap orang dewasa mencari pandangan unik tentang kehidupan.Semakin berbeda pandangan hidup ini, makin sulit penyesuaian diri dilakukan.
d. Minat dan Kepentingan Bersama
Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal yang dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik.
e. Keserupaan Nilai
Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk.Barangkali latar belakang yang sama menghasilkan nilai yang sama pula.
f. Konsep Peran
Setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana seharusnya peranan seorang suami dan isteri , atau setiap orang mengharapkan pasangannya memainkan perannya.Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan peyesuian yang buruk.
g. Perubahan Dalam Pola Hidup
Penyesuaian terhadap pasangan berarti mengorganisasikan pola kehidupan, merubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial serta merubah persyaratan pekerjaan,terutama bagi seorang isteri.penyesuaian-penyesuaian ini seringkali diikuti oleh konflik emosional.

D. KESULITAN-KESULITAN DALAM PENYESUAIAN PERKAWINAN
a. Persiapan yang terbatas untuk perkawinan
Walaupun dalam kenyataan sekarang,penyesuaian seksual lebih mudah ketimbang pada masa lalu,karena banyak informasi tentang seks yang tersedia baik di rumah,di sekolah,di universitas dan di perguruan tinggi serta tempat-tempat yang lain.kebnayakan pasangan suami isteri hanya menerima sedikit persiapan di bidang keterampilan domestik,mengasuh anak,dan manajemen umum.
b. Peran dalam perkawinan
Kecenderungan terhadap perubahan peran dalam perkawinan bagi pria dan wanita, dan konsep yang berbeda tentang peran ini yang dianut kelas osial dan sekelompok religius yang berbeda membuat penyesuaian dalam perkawinan semakin sulit sekarang daripada di masa lalu ketika peran masih begitu ketat dianut.
c. Kawin Muda
Perkawinan dan kedudukan sebagai orang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis independent membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang – orang yang telah mandiri sebelum kawin.Hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan menjadi halangan bagi penyesuaian perkawinan.
d. Konsep yang tidak realistis tentang perkawinan
Orang dewasa yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi, dengan sedikit atau tanpa pengalaman kerja,cenderung mempunyai konsep yang tidak realistis tentang makna perkawinan berkenan dengan pekerjaan,deprivasi,pembelanjaan uang atau perubahan dalam pola hidup.pendekatan yang tidak realistis ini menuju ke arah kesulitan penyesuaian yang serius yang sering diakhiri dengan perceraian.
e. Perkawinan Campur
Penyesuaian terhadap kedudukan sebagai orang tua dan dengan para saudara dari pihak isteri dan sebaliknya jauh lebih sulit dalam perkawinan antar agama daripada bika kedua berasal dari latar belakang budaya yang sama.
f. Pacaran yang dipersingkat
Periode atau masa pacaran lebih singkat sekarang ketimbang masa dulu,dan karena itu pasangan hanya punya sedikit waktu untuk memecahkan banyak masalah tentang penyesuaian sebelum mereka melangsungkan perkawinan.
g. Konsep Perkawinan yang Romantis
Banyak orang dewasa yang mempunyai,konsep perkawinan yang romantis yang berkembang pada masa remaja.Harapan yang berlebihan tentang tujuan dan hasil perkawinan sering membawa kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugas dan tanggung jawab perkawinan.
h. Kurangnya identitas
Apabila seseorang merasa bahwa keluarga,teman dan rekannya memperlakukannya sebagai “suami jane” atau apabila wanita merasa bahwa kelompok sosial menganggap dirinya hanya sebagai “ibu rumah tangga”, walaupun dia seorang wanita karir yang berhasil, ia bisa saja kehilangan identitas diri sebagai individu yang sangat dijunjung dan dinilai tinggi sebelum perkawinan.


E. CARA MENGATASI KESULITAN/GANGGUAN
Beberapa cara mengatasi kesulitan yaitu :
1. Menghadapi kenyataan
Suami isteri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan tersingkap.
2.Penyesuian timbal balik
Perlu usaha terus menerus dengan saling memperhatikan,saling mengungkapkan cinta dengan tulus,menunjukkan pengertian,penghargaan dan saling memberi dukungan serta semangat.
3.Latar belakang suasana yang baik
Untuk menciptakan suasana yang baik,dilatarbelakangi oleh pikiran-pikiran,perbuatan dan tindakan yang penuh kasih sayang.
4.Komunikasi yang baik
Dengan membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga.

F. KONSELING (PERKAWINAN)
Menurut Latipun (2001),konseling perkawinan dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah.
1.Tujuan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan dilaksanakan tidak bermaksud untuk mempertahankan suatu keluarga.Konselor berpandangan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi pasangan.Konseling perkawinan dimaksudkakan membantu klien untuk mengaktualkan diri yang menjadi perhatian pribadi.
2.Tipe-tipe Konseling Perkawinan
a. Concurent marital counseling
Konseling dilakukan secara terpisah.metode ini digunakan bila salah seorang partner memiliki masalah psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri selain juga mengatasi masalah yang berhubungan dengan pasangannya.
b. Collaborative marital counseling
Setiap partner secara individual menjumpai konselor yang berbeda.
c. Conjoint marital conseling
Suami isteri datang bersama-sama ke seorang atau beberapa orang konselor.
d. Couples group counseling
Beberapa pasangan secara bersama-sama datang ke seseorang atau beberapa prang konselor.
3.Peran Konselor
Menciptakan hubungan baik
Memberi kesempatan klien untuk melakukan ventilasi,yaitu membuka perasaannya secara leluasa dihadapan pasangannya.
Memberi dorongan dan penerimaan terhadap klien
Melakukan diagnosis/penemuan masalah
Membantu klien mencari kemungkinan alternatif menentukan tindakan.

Saiful Ady
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar